Kamis, 12 Maret 2015

Tata Sound System di Masjidil Haram dan Nabawi

Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. adalah dua masjid yang menjadi ikon utama umat Muslim diseluruh dunia. Selama ini hanya bisa mendengar cerita dari mulut ke telinga (dan membaca dari berbagai sumber) bahwa sistem tata suara di kedua Masjid tersebut sangat istimewa. Secara umum, kedua Masjid menggunakan sistem yang sejenis: Sistem Tata Suara terdistribusi. Tidak ada Loudspeaker utama, seluruh bagian ruangan disupply oleh banyak loudspeaker kecil, horn atau column. Kedua sistem sama-sama menggunakan delay processor. Yang membedakan kedua sistem adalah konsep peletakan loudspeakernya berdasarkan arah kiblat.

Di Masjidil Haram, area sholat berbentuk melingkar mengelilingi Kabah, sehingga di Masjid berlantai 3 plus basement ini dibagi menjadi 5 bagian besar sistem:
  • Bagian pertama adalah sistem yang mensupply area terbuka lantai dasar dimana Kabah berada. Area ini disupply oleh beberapa column loudspeaker yang mengelilingi dan mengarah ke dalam area dimana Kabah berada.
  • Bagian kedua adalah area lantai 1 yang mengelilingi open area dan lantai 2. Sistem yang terpasang disini adalah loudspeaker Horn yang dipasang di langit-langit. Pengaturan pemasangan diatur per blok area yang dibatasi oleh tiang-tiang.
  • Sistem ke tiga adalah sistem yang mensupply area Mas’a (tempat Sai). Sistem terpasang di area ini adalah Loudspeaker Column. Ada 2 jalur Mas’a: pada jalur Sa’i arah Shafa, Column Loudspeaker dipasang dengan aiming keluar (berlawanan dengan arah Kiblat (Kabah) ) sedangkan pada jalur Sa’i arah Marwa, Column Loudspeakers dipasang mengarah ke dalam (arah kiblat (kabah)). 
  • Sistem ke empat adalah sistem yang dipasang pada area lantai Atap. Disini, digunakan gabungan sistem horn dan loudspeaker kolom dengan aiming keluar (menjauhi Kabah).
  • Sedangkan sistem terkahir digunakan untuk mensuplly area halaman luar masjid. Disini digunakan loudspeaker kolom dan horn yang dipasang di menara dan bagian atas dinding luar. Persepsi subjektif saya di kelima area utama tersebut, seluruh bagian area memiliki intelligibility yang excellent, listening level juga excellent, envelopment juga excellent, directivity juga excellent, kecuali di area lantai dasar dimana suara cenderung terdengar dari belakang, terutama di shaf-shaf depan. Masih terdengar gangguan delay di beberapa tempat di lantai 1 dan 2 serta lantai atap, tetapi masih dalam batas-batas yang acceptable.

Masjid Nabawi di kota Madinah, terdiri dari Masjid lama dan area pengembangan yang menjadi satu kesatuan. Kiblat di Masjid ini mengarah ke satu arah. Tiang dan lengkungan serta kubah menjadi ciri utama Masjid ini. Sistem tata suara terdistribusi juga digunakan di Masjid ini.

Berbeda dengan Masjidil Haram, di Masjid ini seluruh loudspeaker menggunakan tipe full range ukuran kecil yang dipasang di tiang-tiang masjid yang jumlahnya ribuan. Area di halaman sekitar Masjid yang dicover oleh payung-payung yang bisa membuka dan menutup serta halaman atap Masjid disupply oleh loudspeaker kecil type horn. Seluruh lantai Masjid kecuali halaman luar menggunakan karpet tebal. Persepsi subjektif saya di area Masjid lama, seluruh bagian area memiliki intelligibility yang excellent, listening level juga excellent, envelopment juga excellent, directivity juga excellent.

Sedangkan di area pengembangan (perluasan Masjid), listening level terkadang masih kurang, dan masih terdengar gangguan delay di beberapa tempat, tetapi masih dalam batas-batas yang acceptable. Yang menarik, di area perluasan ini, di beberapa tempat ada bagian yang memiliki kubah yang bisa dibuka tutup. Hal lain yang menarik, pada area perluasan tahap 2, seluruh loudspeaker full range disembunyikan secara visual di dalam ornamen tiang-tiang kolom bangunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar